Sigi (deadlinews.com) – Proyek tambal sulam jalan poros Palu-Bangga yang dikerjakan sekitar tahun 2020 lalu menyisakan sejumlah titik jalan yang terbengkalai. Sejumlah lubang bekas bongkaran aspal dengan kedalaman sekitar 17 cm masih menganga, menyebabkan seringnya terjadi kecelakaan tunggal, bahkan samapai menelan korban jiwa.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil pengerjaan proyek tersebut diduga dilakukan secara serampangan dan tidak maksimal. Kuantitas bobot serta progres pekerjaan tidak tuntas diselesaikan oleh penyedia jasa saat itu.
Berdasarkan pantauan deadlinews.com bersama detaknews.id pada Jumat (31/01), ditemukan lubang-lubang yang dibiarkan terbuka setelah proses pengupasan aspal di sepanjang jalan poros Palu-Bangga. Salah satu titik yang masih terbengkalai hingga kini berada di Desa Pewunu dan Desa Sibonu, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi. Seiring waktu, kondisi lubang semakin melebar, merusak aspal di sekitarnya dan memperparah kerusakan jalan.
Kondisi ini diduga akibat dari pengerjaan proyek yang asal-asalan dan tidak efisien. Mirisnya, setelah kontrak kerja selesai, pihak kontraktor atau pengelola proyek meninggalkan sisa pekerjaannya tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap keselamatan pengguna jalan.
Seorang pemerhati proyek dari salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang enggan disebutkan namanya menilai bahwa kondisi ini mencoreng citra kontraktor dan penyelenggara proyek. Proyek kecil dengan nilai anggaran yang tidak terlalu besar justru dikerjakan dengan serampangan. Kedua belah pihak, baik kontraktor maupun penyelenggara proyek, tampaknya mengabaikan standar kerja yang berlaku.
“Adanya sejumlah lobang eks bongkaran asapal sisa pengerjaan yang kala itu diduga diproses dengan trik ugal-ugalan oleh penyedia jasa (kontraktor) yang nakal serta ditambah lagi dengan kelakuan penyelenggara proyek itu, terkesan apatis alias bermasa bodoh,”sebutnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa lubang-lubang di badan jalan tersebut telah menyebabkan banyak kecelakaan, bahkan menelan korban jiwa.
Ia menilai kontraktor yang diberikan kepercayaan oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengerjakan proyek ini justru meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Akibatnya, jalanan yang seharusnya diperbaiki justru menjadi semakin rawan kecelakaan.
“Penyedia jasa atau kontraktor tampak lalai dan tidak profesional dalam mengelola proyek ini. Proyek yang seharusnya memperbaiki infrastruktur malah menimbulkan kecemasan bagi pengguna jalan dan mendapat reaksi keras dari pemerhati proyek,” tambahnya
Menurutnya, proyek tambal sulam jalan poros Palu-Bangga ini diduga dikerjakan secara asal-asalan dan tidak maksimal, sangat berpotensi merugikan keuangan negara serta masyarakat yang menggunakan jalan tersebut.*
(nlw)